Juliana dan Tim Gelar Workshop Sekaligus Telusur Jejak Lobu Tua di Masa Lalu Agar tidak Terlupakan oleh Generasi Penerus

Tapanuli Tengah, Mata-peristiwa.id // Lobu Tua merupakan salah satu desa yang secara administratif masuk dalam Kecamatan Andam Dewi, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara. Dikutip dari berbagai sumber, bahwa Lobu Tua dulunya adalah bagian dari kawasan Barus Kuno yang membentang di sepanjang pantai barat Sumatera (dari Air Bangis hingga Singkil, Aceh). Dalam buku Lobu Tua Sejarah Awal Barus yang disunting oleh Claude Guillot (2002) dijelaskan bahwa Barus dulunya merupakan sebuah pelabuhan perdagangan internasional yang mengekspor kamper (kapur barus) ke seluruh kawasan yang dikenal pada jaman itu.

Khusus untuk desa/kampung Lobu Tua dapat disimpulkan secara sederhana bahwa dulunya di kawasan ini terdapat pelabuhan besar dan tersibuk atau merupakan tempat bertemunya para pedagang bangsa asing dari berbagai negara yang menurut banyak sumber aktivitas perdagangan internasional tersebut telah dimulai pada abad ke 7. Artinya Lobu Tua sekarang merupakan desa yang memiliki nilai historis panjang dan merupakan salah satu pusat peradaban besar manusia di masa lalu.

Jika melihat Lobu Tua sekarang dengan Lobu Tua di masa lalu tentu sudah jelas berbeda, mulai dari kehidupan keseharian masyarakatnya hingga bentuk atau kondisi desanya. Hanya satu yang tinggal dari Lobu Tua Masa lalu pada sekarang ini, yakni jejak. Jejak tersebut meliputi benda-benda peninggalan yang memiliki nilai sejarah besar yang saat ini sebenarnya mudah kita jumpai lahan perkebunan masyarakat desa Lobu Tua, seperti pecahan tembikar, piring, barang-barang bernilai lainnya. Kemudian meninggalkan cerita rakyat tentang Lobu Tua, hingga meninggalkan bekas pelabuhan kapal-kapal untuk berlabuh yang sekarang telah menjadi lahan persawahan dan lahan pertanian luas yang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.

Berkaitan dengan hal itu, Juliana Pebrina Siburian yang merupakan putri asli Tapanuli Tengah, Sumatera Utara lulusan Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan dengan dukungan penuh dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah II Sumatera Utara menaja kegiatan Workshop dan telusur Jejak Lobu Tua Di Masa Lalu agar tidak terlupakan oleh generasi penerus dengan mengambil tema Tema : Pesan Moral Cerita Lobu Tua Kepada Generasi Penerus Sebagai Upaya Pelestarian Kebudayaan Secara Berkelanjutan

Kegiatan Workshop dan telusur ini dilaksanakan di aula kantor desa Lobu Tua Kecamatan Andam Dewi Kabupaten Tapanuli Tengah pada hari Sabtu (5/10/2024).

Adapun narasumber dalam kegiatan Workshop tersebut kata Juli kepada awak media adalah Sanri Jon Simarmata yang merupakan Ketua Komunitas Tunas Habonaran Desa Lobu Tua sekaligus pemerhati kebudayaan daerah dan Bapak Dosius Saruksuk yang merupakan Tokoh Adat sekaligus pemerhati kebudayaan dari Desa Lobu Tua.

Dalam pemaparan yang disampaikan oleh Sanri Jon Simarmata dan Dorius Saruksuk, bahwa di Desa Lobu Tua telah beberapa kali dilakukan penggalian dan pencarian tentang jejak peradaban manusia di Lobu Tua masa silam dan penggalian dilakukan pertama kali dilakukan pada tahun 1995, hasilnya disimpulkan bahwa di Lobu Tua dulunya telah ditinggal oleh bangsa asing seperti, Bangsa Tamil, Persia, dan China. Salah satu tujuan bangsa asing datang ke Barus dulunya adalah untuk mencari dan membeli kamper atau dikenal dengan kapur barus dan gaharu yang saat itu menjadi primadona.

Juli yang sehari-hari merupakan dosen tetap di sekolah Tinggi Perikanan Dan Kelautan Matauli, Tapanuli Tengah dengan bidang keahlian Matematika menyebut bahwa kegiatan Workshop dan telusur ini sengaja dilakukan di Desa Lobu Tua atas dasar pertimbangan karena sasaran utama kegiatan ini adalah kelompok generasi muda di desa yang merupakan generasi penerus.

“Kelompok generasi muda desa Lobu Tua ini sengaja kita pilih untuk jadi peserta sebagai bentuk komitmen kita dalam rangka memberikan ruang untuk terus merawat ingatan dan mengingat kembali bahwa Lobu Tua merupakan salah satu tempat dengan sejarah dan peradaban besar di Nusantara pada masa lalu,” kata Juli.

Lanjut Juli, bahwa kegiatan ini dirancang dengan dua sesi, yakni sesi workshop (didalamnya juga diskusi dan tanya jawab) dan telusur langsung ke lokasi yang dulunya adalah pelabuhan perdagangan internasional yang terdapat di Desa Lobu Tua.

“Kita awali kegiatan ini dengan Workshop oleh narasumber yang mumpuni dan berpengalaman, setelah itu langsung kita adakan telusur langsung yang dipandu oleh tim pelaksana,” jelas Juli.

Workshop Dan Telusur Jejak Lobu Tua ini diikuti sebanyak 50 orang dan dihadiri serta dibuka langsung oleh Kepala Desa Lobu Tua yang didampingi beberapa orang Kepala Dusun. Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh tokoh tokoh pemuda dan tokoh adat Desa.

Juli dalam keterangan persnya juga menyampaikan bahwa tujuan diadakan kegiatan ini adalah sebagai salah satu media untuk menyampaikan informasi tentang kebudayaan masa silam masyarakat di Desa Lobu Tua, agar situs dan cerita Lobu Tua tidak hilang tergantikan oleh kemajuan zaman dan teknologi, kemudian Kegiatan ini dijadikan sebagai bentuk strategi dalam menjaga ketahanan budaya masyarakat di Kecamatan Andam Dewi, yaitu ketahanan budaya agar masyarakat Desa Lobu Tua secara khusus agar lebih mencintai, menjaga dan melestarikan budaya yang sudah ada pada kehidupan atau peradaban manusia sejak dulu hingga saat ini.

Juli tidak lupa memberikan apresiasi, rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada BPK Wilayah II dan pihak Pemerintah Desa Lobu Tua Kecamatan Andam Dewi, Kabupaten Tapanuli Tengah yang telah memberikan dukungan penuh atas terlenggaranya kegiatan Workshop dan telusur ini.

“Kami ucapkan rasa hormat dan terimakasih yang besar kepada Balai Pelestarian Kebudayan Wilayah II atas dukungan penuh pendanaan dan motivasi kepada kami mulai dari perencanaan kegiatan hingga pelaksanaan saat ini,” ungkap Juli.

Juli juga memberikan apresiasi dan ucapan terimakasih kepada Pemerintah Desa Lobu Tua atas dukungan tempat kegiatan, pelibatan peserta dan kerjasama yang baik kepada kami. Semoga kerjasama kita terus terjalin dengan baik sebagai bagian dari upaya kita semua dalam melestarikan kebudayaan lokal, tutup Juli.

Reporter : ASWIN

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *