Lembang, 13 Nopember 2025
Sekolah Staf dan Pimpinan Pertama (Sespimma) Lemdiklat Polri menunjukkan komitmen serius dalam mereformasi pola pengasuhan peserta didik dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip psikologi pendidikan.
Langkah ini merupakan upaya strategis untuk mencetak perwira menengah yang tidak hanya profesional di bidang manajerial, tetapi juga memiliki karakter yang humanis, disiplin, dan berintegritas tinggi.
Diinisiasi oleh AKBP Santhi Rianawati, S.H. proyek perubahan dengan tajuk “Penerapan Psikologi Pendidikan pada Pola Pengasuhan Sespimma Polri” ini melakukan implementasi mendalam untuk menyoroti pergeseran paradigma pengasuhan di institusi tersebut.
Pergeseran Pola Asuh: Dari Absolut ke Partisipatif Hasil penelitian menunjukkan adanya transformasi pola pengasuhan di Sespimma, dari yang sebelumnya cenderung absolut menuju pendekatan yang lebih dialogis, partisipatif, dan empatik. Pola pengasuhan ini menekankan pentingnya keteladanan dari dosen dan pengasuh, serta komunikasi interpersonal yang efektif.
“Kami selalu menekankan bahwa disiplin itu bukan sekadar kepatuhan, tetapi kesadaran diri,” ungkap Santhi mengutip hasil dari sesi tanya jawab yang digelar dengan perwakilan dosen/ pengasuh. Pendekatan ini selaras dengan prinsip psikologi pendidikan yang memandang disiplin sebagai nilai internal, bukan paksaan eksternal.
Tujuan perubahan pola asuh ini adalah menciptakan keseimbangan antara disiplin kedinasan yang ketat dengan pendekatan humanistik yang mendukung perkembangan psikologis siswa.
Mencetak Pemimpin dengan Empati dan Resiliensi Penerapan psikologi pendidikan terbukti memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan karakter peserta didik. Interaksi yang positif dan berbasis empati antara pengasuh dan siswa menumbuhkan resiliensi emosional dan kohesi sosial.
”Peserta didik (Serdik) merasa lebih nyaman menyampaikan pendapat dan menganggap pengasuh sebagai mentor emosional. Hal ini penting mengingat lingkungan pendidikan Polri menuntut kedisiplinan yang tinggi.” Imbuh Santhi.
Aspek-aspek utama psikologi pendidikan yang diterapkan meliputi motivasi dan disiplin belajar, pembelajaran humanistic, kemudian pemberian ruang dialog dan refleksi untuk membangun empati dan komunikasi efektif. Pada akhirnya capaian dari penerapan psikologi pendidikan dalam polda pengasuhan SESPIMA POLRI diharapkan memperkuat karakter peserta didik termasuk didalamnya integritas terhadap etika profesi serta pedoman Tribrata dan Catur Prasetya dalam kehidupan sehari-hari.
Tantangan dan Rekomendasi Pengembangan Meskipun sudah efektif, implementasi psikologi pendidikan di Sespimma masih menghadapi beberapa tantangan. Kendala utama mencakup keterbatasan jumlah pengasuh dibandingkan dengan peserta didik, serta sarana pendukung psikologis seperti ruang konseling yang masih terbatas.
Untuk mengoptimalkan sistem pengasuhan berdasarkan hasil diskusi dan pengolahan data, Santhi merekomendasikan 3 langkah penting yaitu peningkatan kapasitas .
Ampengasuh, penerapan system pengasuhan berbasis teknologi serta penguatan fasilitas psikologi.
Implikasi bagi Kepemimpinan Polri Masa Depan Penerapan model pengasuhan yang berlandaskan empati, komunikasi, dan keteladanan ini memiliki implikasi besar terhadap gaya kepemimpinan lulusan Sespimma di lapangan.
Perwira berpangkat AKP dan Kompol yang dicetak diharapkan tidak hanya kompeten secara taktis dan manajerial, tetapi juga memiliki sensitivitas sosial dan psikologis dalam memimpin anggotanya dan melayani masyarakat.
Model pengasuhan ini diyakini mampu mencetak pemimpin yang berkarakter humanis, berintegritas, dan profesional, sejalan dengan visi reformasi pendidikan Polri, Proyek perubahan ini mendapatkan dukungan penuh dari Kepala Sekolah Staf dan Pimpinan Pertama Polri, Brigjen Pol. Sonny Irawan, S. IK., M.H.
“Saya berharap proyek perubahan ini dapat memberikan kontribusi ilmiah dan praktis terhadap sistem pendidikan Polri terutama untuk Sespimma.Semoga proyek ini memberikan kontribusi nyata dan bermanfaat bagi kita semua.” Kata Sonny Irawan.
***


