GRESIK , mataperistiwa.id – Berawal dari mulai berkurangnya pemahaman generasi muda sekarang terhadap makanan atau jajanan tempo dulu, Ibu-ibu Tim Penggerak PKK bekerja sama dengan Pemdes dan Komunitas Pemerhati
Sejarah dan Budaya Desa Bedanten Bungah menggelar acara Bazar bertajuk: “PEKEN MADANTEN: Festival Bedanten Tempo Doeloe” .
Kegiatan yang menyedot perhatian masyarakat desa maupun luar desa ini dipusatkan di halaman Balai Desa Bedanten Bungah, Sabtu (9/8/2025).
Acara Bazar Jajanan Tempo Doeloe ini diikuti oleh 13 RT dengan membuat 13 stan dan 1 stan dari Pengurus Pelestarian Makam Penggede (PPMP) Bedanten dengan menampilkan pameran benda-benda pusaka koleksi dari musium Madanten.
Adapun menu jajanan yang disajikan di setiap RT bermacam macam kuliner tempo dulu, seperti: ghetuk, kelanting, gatot, nogosari, ketan bumbon, srawot dan lain sebagainnya.
Acara ini untuk yang pertama kali diadakan di Desa Bedanten, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Dan Alhamdulillah, antusias masyarakat luar biasa. Banyak sekali yang datang, baik dari Desa Bedanten maupun dari luar desa.
“Insya Allah, Pemdes Bedanten akan mengagendakannya di setiap tahun yang akan diselenggarakan pada momen 17 Agustusan atau Haul, Sedekah Bumi dan Hari Jadi Desa bedanten,” tutur Abhiseka, Pegiat Sejarah dan Budaya sekaligus Pengurus Pelestari Makam Penggede (PPMP) Desa Bedanten Bungah Gresik, Minggu (10/8/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Desa (Kades) Bedanten, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik Abdul Majid, S.Pd.I. mengatakan, kegiatan yang mengusung tema Peken (Pasar) Madanten ini sebagai upaya melestarikan budaya lokal Tempo Doeloe era 70-an dengan menyajikan jajanan yang dijual emak-emak di zamannya.
“Ada klanting, gethuk, lemet menyok, bubur sagu serta polo pendem. Semua nama jajanan ini asing bagi generasi milenial, sehingga menginspirasi Ibu-ibu PKK sepakat membuat PEKEN MADANTEN yang didukung oleh semua RT dengan tampilan pakaian emak-emak,” terang Yai Majid sapaan akrabnya.
Gagasan ini, lanjut Kades Bedanten, mengalir seiring dukungan dari pihak Pemerintahan Desa beserta lembaga dan organisasi masyarakat yang sangat respon dan antusias, sehingga kesiapan PEKEN MADANTEN tidak hanya secara material, tetapi dukungan dari masyarakat yang awalnya hanya terkonsentrasi ke warga RT se-Desa Bedanten, tetapi melalui medsos informasi menyebar sehingga dakwah lewat sajian jajanan tradisional TEMPO DOELOE dapat dinikmati masyarakat dari luar Bedanten yang juga responsif.
Selain itu, pihaknya juga mengungkapkan rasa syukur, karena Bedanten masuk deretan desa tua yg tercatat di PRASASTI CANGGUH tahun 1358 M, melengkapi informasi kepada khalayak yang hadir dengan suguhan MUSEUM MADANTEN NUSANTARA 1358 M dengan koleksi sederhananya, tapi dengan keyakinan kuat bahwa ini juga dakwah untuk uri-uri sejarah yang bagi kawula muda saat ini semakin terabaikan dengan kesibukannya.
Sehingga dari PPMP ( Pengurus Pelestari Makam Penggede ) saatnya memberikan info sejarah nama MADANTEN yang kemudian berubah dialek menjadi BEDANTEN (Bedah Sedanten) dalam proses pembendungan Sungai Solo arah ke Pulau Mengare yang dialihkan ke arah Sungonlegowo dan Ujungpangkah (muara Sungai Solo sekarang).
“Dengan porsi komplit informasi ini, semoga jajanan tempo dulu yang terlupakan serta sejarah Bedanten sebagai deretan desa tua yang terabaikan masih tetap menjadi renungan generasi muda mendatang untuk komitmen diperjuangkan dan dipertahankan sampai kapan pun, karena ” MELUPAKAN SEJARAH BERARTI MENGABAIKAN JATI DIRI KITA SENDIRI SEBAGAI PELAKU SEJARAH “. Semoga bermanfaat,” pungkasnya. (Et)